Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor, dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat, termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti itu, muncul ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif orang tua terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, yang bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak maupun remaja.
Upaya perbaikan lingkungan sosial membutuhkan kerja sama yang terpadu dari berbagai pihak, termasuk peran serta dari masyarakat sendiri.
Rangkuman: Berbagai perilaku pada remaja sudah sangat memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian kita semua. Mengenai ini, beberapa hal dapat dikemukakan.
1. Timbulnya
sesuatu masalah pada anak dan remaja sehingga memperlihatkan perilaku yang
menyimpang, tidak selalu berupa rangkaian sebab akibat yang bersifat
pionokausal -- satu sebab menyebabkan satu akibat -- melainkan lebih luas dan
lebih kompleks, bukan saja multikausal tetapi berantai (dari satu sebab timbul
akibat dan selanjutnya akibat ini menjadi sebab yang baru) atau melingkar (dari
satu sebab timbul akibat dan selanjutnya akibat ini berpengaruh terhadap sebab
semula). Karena itu, pada kasus-kasus tertentu diperlukan penanganan terhadap
berbagai segi yang bermasalah secara serempak atau satu per satu dan acap kali
diperlukan pula kerja sama dengan anggota-anggota keluarga lain dan bahkan bisa
pula bekerja sama dengan tokoh atau ahli lain yang bekerja dalam tim dengan
pendekatan terpadu.
2. Keluarga
sebagai sumber stimulasi ke arah terbentuknya ciri kepribadian yang negatif,
yang bisa berlanjut menyimpang dan nakal, perlu lebih aktif mengatur sumber
stimulasi agar berfungsi positif. Karena itu, keluarga acap kali perlu
memperoleh pengarahan dan bimbingan sesuai dengan fungsinya, namun usaha-usaha
tersebut hendaknya tidak terlalu memerhatikan hal-hal yang bersifat kognitif,
sebaliknya perlu memerhatikan hal-hal yang afektif. Dalam melaksanakan
usaha-usaha aktif ini, beberapa hal perlu diperhatikan, yakni:
a. Pendekatan
terpusat pada anak (child centered approach), yakni dasar adanya kekhususan
pada anak, jadi berbeda antara seorang anak dengan anak lain. Berangkat dari
keadaan khusus yang dimiliki oleh anak itulah (termasuk misalnya potensi yang
khas), arah penanganan dilakukan.
b. Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak hal diperlihatkan anak sesuai dengan keinginan,
kebutuhan, dan caranya yang khas yang di pihak lain tentu banyak pula yang
tidak sesuai atau tidak disetujui orang tua. Upaya mengubah perbuatan yang
salah hendaknya mempergunakan dasar dalam proses pendidikan, antara lain sikap
tegas, konsisten, bertahap, dan berulang-ulang.
c. Perlunya
memerhatikan masa dan tahapan perkembangan karena sebenarnya setiap saat
seorang anak berada dalam keadaan berubah dan kemungkinan untuk diubah. Hukum
kesiapan (law of readiness) dalam proses belajar harus diterapkan agar apa yang
ingin ditanamkan dapat diterima dan disimpan dengan baik dan menjadi bagian
dari kepribadiannya.
d. Perubahan
perilaku adalah proses yang terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit dan
berulang-ulang, sesuai dengan hukum pengulangan (law of exercise) dalam proses
belajar. Usaha mengubah perilaku anak membutuhkan kesabaran untuk
mengulang-ulang (repetition - reinforcement) dan memperkuat apa yang baru
diberikan agar menjadi bagian dari kepribadian dan kehidupannya
(internalisasi).
e. Perlu
memerhatikan teknik yang mendasarkan pada kasih sayang (love oriented
technique). Bahwa banyak perubahan perilaku terjadi justru dengan teknik yang
mendasarkan pada kelembutan dan kasih sayang. Teknik yang menyentuh emosi anak
sehingga mau membukakan diri dan menuruti apa yang dikehendaki orang tua.
Teknik ini bukan sikap memanjakan atau memperbolehkan semua tindakan atau
perbuatan anak, tetapi cara pendekatan yang bisa meningkatkan perasaan
diterima, dimengerti, sehingga emosinya lebih tenang, terkendali, harmonis, dan
mudah menerima saran-saran, dorongan-dorongan untuk bertingkah laku atau
sebaliknya menahan untuk tidak melakukan suatu tindakan.
3. Di
samping usaha-usaha aktif, usaha-usaha menciptakan suasana yang baik dalam
keluarga adalah usaha lain untuk memengaruhi kepribadian anak. Banyak hal yang
berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, bahagia atau tertekan,
sangat dipengaruhi oleh suasana rumah yang tentunya diarahkan dan ditentukan
oleh orang tua. Cara orang tua menangani masalah, melakukan
kebiasaan-kebiasaan, semua menjadi objek, menjadi model, patokan yang sengaja
atau tidak disengaja ditiru oleh anak. Apalagi pada anak-anak yang sedang
berada pada masa peka untuk menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Proses
peniruan tidak hanya terjadi terhadap hal-hal yang menarik untuk ditiru
(positif), namun juga, secara tidak disadari, terhadap hal-hal yang negatif,
misalnya terhadap perilaku agresif yang cocok dengan keadaannya. Suasana emosi
yang baik dalam keluarga bisa menjadi penangkal yang ampuh munculnya perilaku
yang tidak baik pada anak. Orang tua menjadi pribadi-pribadi yang banyak
menentukan suasana emosi dalam keluarga.
4. Dalam
usaha memperbaiki lingkungan keluarga dengan pribadi-pribadinya dan lingkungan
sosial, perlu memerhatikan lingkungan hidup secara lebih luas dan menyeluruh
dengan semua faktor yang memengaruhinya. Berbagai perubahan sesuai dengan
dinamika kehidupan hendaknya tidak terlalu banyak menimbulkan kegoncangan,
kepincangan, dan kesenjangan yang mudah sekali memengaruhi kondisi psikis
pribadi maupun kelompok. Lingkungan hidup yang menekan akan menyebabkan
ketidakselarasan, baik dalam diri pribadi (intrapsikis) maupun dengan
lingkungannya sehingga menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya
penyimpangan-penyimpangan perilaku. Pendekatan terpadu antara berbagai pihak yang
menangani masalah ini sangat diperlukan.
Sumber : http://c3i.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar